Hampa dan Kosong



Hai, aku balik lagi. 

Masih belum bisa percaya, bahwa ayah sudah berada dipelukan Allah sekarang ini. Aku kira, ayah akan balik sehat lagi dan memberi kami nasihat seperti orang tua pada umumnya. Tapi, aku harus menerima takdir ini bukan? Hidupku harus tetap berjalan meski sangat sepi memang, aku tidak menyangka bahwa hatiku menjadi sangat hampa tanpa kehadiran ayah yang sebenarnya juga tidak begitu dekat denganku. 

Sudah dua minggu berlalu di rumah tanpa adanya ayah, kami semua merindukannya dan merasa kehilangan karenanya. Kami semua sakit setelah ditinggal pergi olehnya. Iya, kami serumah semuanya, aku, ibuk, dan adik-adikku jatuh sakit hingga kini. Aku masih tidak menikmati berbagai makanan yang ada di depan mata, makan sedikit rasanya sudah sangat kenyang, muntah juga seperti menjadi rutinitas sekarang setiap pagi hari.

Dan yang lebih buruk, adik perempuanku. Dia tidak bisa tidur selama satu minggu lebih, sejak dari perawatan rumah sakit dia telah berjalan mondar mandir seperti tanpa arah. entah kecemasan apa yang ada di pikirannya, kami semua menjadi bingung dan sedih karenanya. Dia masih sangat muda untuk menghadapi imsonia setelah kehilangan sosok ayah. Semoga kami semua segera sembuh, terutama adikku, semoga kamu bisa segera tidur normal kembali, aamiin....

Dan, hampa hati ini membuatku semakin menggila kurasa. Aku yang sebelumnya sama sekali tidak terpikirkan sosok lelaki. Aku mulai mencari dan terus mencari sosok lelaki untuk mengisi rasa hampa ini. Apakah ini sebuah penyakit juga? Aku sudah melakukan ini bahkan sebelum ayah meninggalkan kami. Seperti firasat bahwa aku akan mengalami kehampaan, maafkan aku ya ayah. Aku tidak bisa mengendalikan diri, aku terus mencari seseorang untuk berbicara meskipun aku sendiri sebenarnya tahu dia ataupun mereka bukan orang baik yang benar-benar menginginkanku sebagai individu utuh. Aku berharap aku juga segera sembuh dari sakit yang lain ini. 

Namun, ya allah... sungguh, jika engkau menghendaki tolong pertemukan aku dengan jodoh terbaik menurut-Mu. Aku merasakan beban berat di pundakku setelah kepergian ayah, karena aku sulung. aku merasa bertanggung jawab atas semuanya. Aku butuh seseorang untuk bersandar dan menopang diriku yang terkadang merasa berdiri di tepi jurang. Aku harus terlihat baik saja dan kuat di saat semua orang rapuh dan meraung, aku harus menjaga kewarasanku untuk menyelesaikan masalah yang tidak terduga dan tiba-tiba, yakni kehilangan ayahku. 

Semoga engkau tenang di sana ya, Pak. Semoga allah mengampuni segala dosamu, menerima segala perbuatan baik yang pernah kau lakukan, dan menempatkanmu di tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin.

Komentar

Postingan Populer