RPP CERITA RAKYAT BAHASA JAWA KURIKULUM 2013 KELAS 7 SMP



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan              : SMP Negeri 3 Sukoharjo
Mata Pelajaran                    : Bahasa Jawa
Kelas/Semester                   : VII/I
Materi Pokok                      : Cerita Rakyat
Alokasi Waktu                    : 4 x pertemuan (8 jp)

A.      Kompetensi Inti
KI 1 
Menghayati  dan mengamalkan  ajaran  agama yang dianutnya.
KI 2  
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disilin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI 3
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu penhetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian nyata.
KI 4
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar
Indikator
3.3 Memahami isi teks cerita rakyat.

3.3.1 Mendengarkan wacana cerita rakyat.
3.3.2 Mengartikan kata-kata yang dianggap sulit.
3.3.3 Mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang isi wacana yang didengarkan dalam ragam krama
3.3.4 Menyebutkan unsur-unsur pembangun dalam wacana cerita rakyat yang dibaca/didengarkan.
3.3.5 Menceritakan kembali isi/amanat cerita.
4.3 Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko.

 4.3.1 Menentukan pokok-pokok isi teks cerita rakyat dengan benar
 4.3.2 Menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasa sehari-hari (ragam ngoko).

C.      Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti  kegiatan pembelajaran diharapkan peserta didik dapat:
1.   Mendengarkan wacana cerita rakyat.
2.   Mengartikan kata-kata yang dianggap sulit.
3.   Mengajukan dan menjawab pertanyaan tentang isi wacana yang didengarkan dalam ragam krama.
4.   Menyebutkan unsur-unsur pembangun dalam cerita rakyat yang dibaca/didengarkan.
5.   Menceritakan kembali isi/ amanat cerita.
6.   Menentukan pokok-pokok isi teks cerita rakyat dengan benar.
7.   Menceritakan kembali isi teks cerita rakyat.

Fokus Penguatan Karakter
a.    Disiplin
b.   Sopan santun
c.    Tanggung jawab

D.      Materi Pembelajaran
1.        Materi Pembelajaran Reguler
Pangertian cerita rakyat
Ciri-ciri cerita rakyat
Unsur pembangun cerita rakyat
Jenis cerita rakyar
Berbagai contoh teks cerita rakyat (dari buku LKS, buku paket, buku kumpulan cerita rakyat).
Meringkas cerita rakyat
 (Materi terlampir)
2.        Materi Pembelajaran Perbaikan
Unsur pembangun dan ringkasan cerita rakyat “Asal Usul Kutha Semarang lan Salatiga”
3.        Materi Pembelajaran Pengayaan
Tembung saroja lan tembung kriya

E.     Metode Pembelajaran
1.      Metode saintifik

F.     Media Pembelajaran
Media         : Power point, buku bahasa Jawa kelas 7, kamus bausastra jawa.
Alat             : LCD, laptop.

G.    Sumber Pembelajaran
1.      Poerdarminta, W.J.S. (1939). Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters’ Uitsgevers Maatschappij.
2.      Sasangka, Sry Satriya TW. (2011). Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Paramalingua.
3.      Sumarlam dan Ersyani Siti Suryani. (2015). Widya Adi Basa Jawi 1. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
4.      Juminah, Sri. (2016). Suplemen Bahan Ajar Bahasa Jawa. Sukoharjo: Media Wiguna.
5.      Purnomo, Hadi. (2013). Kumpulan Cerita Rakyat. Yogyakarta: Tugu Publisher.

H.    Kegiatan Pembelajaran
1.      Pertemuan Pertama (2 x 40 menit)
Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·        Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran  meliputi salam dan berdoa, presensi peserta didik, kebersihan dan kerapihan kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
·        Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari, yakni piwulang serat wulangreh pupuh pangkur dan terkait dengan materi yang akan dipelajari yaitu cerita rakyat.
·        Siswa menerima informasi mengenai tujuan pembelajaran, KI, KD, dan indikator pembelajaran.
·        Apersepsi: guru membacakan petikan dialog di dalam cerita rakyat  untuk membangkitkan minat peserta didik.
10 menit

Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengamati
·        Siswa mengamati dan memperhatikan materi yang berkaitan dengan pengertian  cerita rakyat, unsur pembangun cerita rakyat, ciri-ciri cerita rakyat, serta manfaat mempelajari cerita rakyat yang disajikan oleh guru lewat slide powerpoint.
·        Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa.
·        Salah satu/beberapa siswa membaca cerita rakyat “Dumadine Kutha Pacitan” sedangkan siswa lainnya menyimak dan memperhatikan dengan seksama.
Menanya
·        Siswa mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang disajikan.
·        Siswa mengajukan pertanyaan terkait kata-kata sulit yang terdapat dalam cerita rakyat Dumadine Kutha Pacitan”.
Mengumpulkan informasi
·        Siswa mengumpulkan data berupa kata-kata yang dianggap sulit dalam cerita rakyat Dumadine Kutha Pacitan”.

Mengasosiasi
·        Siswa secara berkelompok mendiskusikan unsur-unsur instrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat Dumadine Kutha Pacitan”.
Mengomunikasikan
·        Menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk lisan dan tulisan.
·        Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang telah dibacakan.
60 menit
Penutup
·        Pendidik bersama-sama peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
·        Pendidik bersama-sama peserta didik melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
·        Pendidik memberikan tugas individual kepada peserta didik agar lebih memahami isi teks cerita rakyat,
·         Pendidik mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
10 menit

2.      Pertemuan kedua (2 x 40 menit)
Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·        Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran  meliputi salam dan berdoa, presensi peserta didik, kebersihan dan kerapihan kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
·        Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya, yakni memahami isi teks cerita rakyat dan terkait dengan materi yang akan dipelajari yaitu menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko.
·        Apersepsi: Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang materi cerita rakyat yang sudah dipelajari, yakni unsur pembangun, ciri-ciri, dan jenis cerita rakyat.
10 menit
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengomunikasikan
·        Melanjutkan diskusi kelompok yang lalu, yaitu menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk lisan dan tulisan.
·        Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang telah dibacakan.
Mengamati
·         Bersama kelompok yang telah dibentuk sebelumnya, siswa membaca secara acak dan mengamati teks cerita rakyat yang ditampilkan pada slide powerpoint.
·         Setiap kelompok mendapat lembar kerja dari guru yang akan didiskusikan bersama kelompok.
·         Siswa bersama kelompoknya diminta untuk mengurutkan potongan cerita rakyat acak dengan cara menempel pada kertas kosong yang telah diberikan tadi, kemudian menjawab pertanyaan terkait dengan cerita rakyat yang telah diurutkan.
Menanya
·         Siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan cerita rakyat yang telah diurutkan kepada anggota kelompok ataupun kepada guru.
Mengumpulkan informasi
·         Siswa secara berkelompok berdiskusi mengenai pokok-pokok pikiran teks cerita rakyat per alinea.
Mengasosiasi
·         Setiap siswa menulis pokok-pokok pikiran alenia teks cerita rakyat tersebut.
·         Siswa menulis ringkasan cerita rakyat berdasarkan pokok-pokok pikiran alenia tadi.
Mengomunikasikan
·         Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, kemudian siswa menyanyikan lagu dolanan sambil menyalurkan tongkat ke teman sebelahnya, ketika guru bilang “mandheg/stopmaka siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru (pertanyaan yang telah didiskusikan), demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
·         Guru memilih beberapa siswa secara acak untuk menceritakan kembali cerita rakyat yang telah diurutkan dengan bahasa sehari-hari (ragam ngoko).
·         Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
60 menit
Penutup
·        Pendidik bersama-sama peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran.
·        Pendidik bersama-sama peserta didik melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang telah dicapai.
·        Setelah usai, guru memberikan tugas rumah bersama kelompok yang telah dibentuk tadi untuk mencari cerita rakyat yang ada di sekitar daerah tempat tinggalnya kemudian dianalisis berdasarkan unsur pembangun yang terdapat di dalam cerita tersebut berupa kliping untuk kemudian dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
·         Pendidik mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
10 menit

3.      Pertemuan ketiga (2x 40 menit)
Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·        Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran  meliputi salam dan berdoa, presensi peserta didik, kebersihan dan kerapihan kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
·        Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran dan KD yang akan dicapai, yaitu memahami isi teks cerita rakyat, menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko.
·        Apersepsi: Guru memberikan ice breaking sebelum pelajaran dimulai
10 menit
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengomunikasikan
·         Melanjutkan diskusi kelompok yang lalu
·         Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, kemudian siswa menyanyikan lagu dolanan sambil menyalurkan tongkat ke teman sebelahnya, ketika guru bilang “mandheg/stopmaka siswa yang memegang tongkat harus menjawab pertanyaan yang diberikan guru (pertanyaan yang telah didiskusikan), demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
·         Guru memilih beberapa siswa secara acak untuk menceritakan kembali cerita rakyat yang telah diurutkan dengan bahasa sehari-hari (ragam ngoko).
Mengamati
·         Siswa duduk berkelompok dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
·         Guru menentukan urutan kelompok yang akan maju presentasi dengan cara diundi.
·         Siswa mengamati dan memperhatikan teman yang maju di depan kelas untuk mempresentasikan hasil tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya


Menanya
·         Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk menyampaikan tanggapan maupun sanggahan terhadap kelompok yang presentasi
·         Diadakan sesi tanya jawab, agar kelompok lain termotivasi untuk saling berlomba melontarkan pertanyaan dan kelompok yang presentasi lebih terlatih kreativitas berfikirnya untuk memberikan jawaban secara optimal
Mengumpulkan informasi
·         Setiap kelompok diminta untuk mempunyai data tentang isi cerita yang dipresentasikan oleh kelompok lain.
Mengasosiasi
·         Kelompok yang presentasi diberikan kesempatan untuk berdiskusi selama 2-3 menit dengan anggota kelompoknya jika mendapat tanggapan/pertanyaan dari kelompok lainnya.
Mengomunikasikan
·         Perwakilan kelompok memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh kelompok lain.
·         Guru memilih beberapa siswa secara acak untuk menceritakan kembali salah satu isi cerita rakyat yang telah dipresentasikan siswa dengan bahasa yang santun.
·         Guru bersama siswa memberikan apresiasi berupa tepuk tangan pada kelompok yang telah maju untuk presentasi.
60 menit
Penutup
·        Guru memberikan masukan dan evaluasi mengenai kelebihan serta kekurangan dari kelompok yang telah presentasi
·        Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai simpulan materi secara garis besar berdasarkan presentasi, diskusi, tanya jawab, tanggapan, dan sanggahan dengan siswa tentang unsur pembangun dan ringkasan teks cerita rakyat tersebut.
·         Pendidik mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
10 menit





4.      Pertemuan keempat (2x 40 menit)
Rincian Kegiatan
Alokasi Waktu
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
·        Menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran  meliputi salam dan berdoa, presensi peserta didik, kebersihan dan kerapihan kelas, kesiapan buku tulis dan sumber belajar.
·        Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai tujuan pembelajaran dan KD yang akan dicapai, yaitu menceritakan kembali isi teks cerita rakyat dengan ragam ngoko.
·        Apersepsi: Siswa bermain “game konsentrasi” sebelum pelajaran dimulai
10 menit
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti, peserta didik melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengomunikasikan
·         Melanjutkan presentasi kliping secara berkelompok
·         Guru bersama siswa memberikan apresiasi berupa tepuk tangan pada kelompok yang telah maju untuk presentasi.
60 menit
Penutup
·        Guru memberikan masukan dan evaluasi mengenai kelebihan serta kekurangan dari kelompok yang telah presentasi
·        Siswa menerima penjelasan dari guru mengenai simpulan materi secara garis besar berdasarkan presentasi, diskusi, tanya jawab, tanggapan, dan sanggahan dengan siswa tentang unsur pembangun dan ringkasan teks cerita rakyat tersebut.
·        Guru meminta masing-masing kelompok untuk mengumpulkan kliping yang telah dibuat .
·         Guru menyampaikan kompetensi dasar yaitu cerita pengalaman untuk pertemuan selanjutnya.
·         Pendidik mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup.
10 menit

I.       Teknik Penilaian
1.    Peniaian Sikap
a.       Teknik       : jurnal
b.      Instrumen  : lembar pengamatan

Jurnal Perkembangan Sikap Sosial
Nama Sekolah    : SMP N 3 Sukoharjo
Kelas/Semester   : VII/I
Tahun Pelajaran  : 2017/2018

No
Waktu
Nama Siswa
Catatan perilaku
Butir Sikap






















Jurnal Perkembangan Sikap Spiritual
Nama Sekolah    : SMP N 3 Sukoharjo
Kelas/Semester   : VII/I
Tahun Pelajaran  : 2017/2018

No
Waktu
Nama Siswa
Catatan perilaku
Butir Sikap





















2.    Penilaian Pengetahuan
                         a.      Teknik Penilaian                : Tes objektif
                        b.      Bentuk Instrumen             : Tes isian singkat
                         c.      Kisi-kisi                             :
No
Indikator
No. Butir

  1.  
Mengartikan kata-kata sulit berdasarkan bacaan
1-7

  1.  
Menjawab soal berdasarkan bacaan.
1-8

      Instrumen Penilaian Pengetahuan (K3)
      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________

      Soal :
Endang Nawangsih

Kacariyos wonten ing Dhusun Canditoro wonten satunggaling prawan ingkang sulistiya ing werni, luhur bebudinipun ugi tansah sumedya paring pitulung dhumateng sanesipun, ingkang asmanipun Endang Nawangsih. Endang Nawangsih menika remen nenanem taneman janganan, teh kaliyan kopi, pawadanipun taneman menika saged damel warga sakiwa tengenipun ingkang boten gadhah ugi mbetahaken pitulungan.
Enjing menika nalika Endang Nawangsih taksih manen sawi, kepanggih kaliyan jejaka bagus ingkang asmanipun Citrasoma, putranipun Raja Hajipamoso panguwaos Pengging, ingkang nembe niti priksa wewengkon ramanipun kaliyan ngenggar-ngenggar manah wonten mriku. Saking pepanggihan menika, Citrasoma dados kesengsem dhumateng Endang Nawangsih. Pramila nalika kondur wonten ing Pengging, Citrasoma boten caos palapuran ngengingi kahanan wewengkon ramanipun, ananging malah ngandharaken pepenginanipun krama kaliyan Endang Nawangsih.
Semanten ugi Endang Nawangsih nalika dumugi dalem, age-age matur kaliyan Ki Ageng Pantaran menawi wau kepangggih klawan Citrasoma, dereng ngantos diwangsuli dening Ki Ageng Pantaran, Citrasoma, Raja Hajipamoso, kaliyan Syeh Maulana malah sampun dumugi mriku. Kanthi sedya badhe nglamar. Mesthi kemawon Endang Nawangsih kaget sanget, dereng ngantos gantos dinten kok Citrasoma sampun dumugi wonten ing dalem. Nanging Endang Nawangsih banjur kelingan menawi putranipun Raja Pengging menika pancen misuwur kasektenipun, kagungan ajian Angin Selaksa, ingkang saged kangge ngrampungaken ayahan ugi mlayu kang rikat.
Endang Nawangsih matur kaliyan Raja Hajipamoso menawi purun nampi lamaran menika sawise Citrasoma saged damel tuk ing Dhusun Canditoro. Mireng ature Endang, Citrasoma banjur bidhal saking mriku saperlu tapa.
Sajroning tapa Citrasoma dipunganggu dening 457 jin kaliyan 678 lelembut, ananging bola-bali amargi sekti pramila jin kaliyan lelembut wau saged dipunkalahaken dening Citrasoma, ugi dados ngrencangi Citrasoma. Anggenipun tapa Citasoma pitung dinten dangune, ugi boten muspra, nggrojog toya wening saking lerengipun Redi Merbabu tumuju dhateng dhusun Canditoro. Endang Nawangsih kaliyan Ki Ageng Pantaran nggumun ngertos kasektenipun Citrasoma.
Tiyang sadesa banjur nemoni Citrasoma ingkang taksih tapa. Sedaya padha maringi pangalembana dhumateng Citrasoma, nanging nadyan dipunalaem Citrasoma boten dados kumalungkung, malah saya andhap asor. “Kula boten nyipta tuk menika, “wangsulane Citrasoma kanthi alus. “Nanging menika sedaya peparingan saking Gusti kang Maha Asih, sanesipun ugi saking donga pangestunipun Ki Ageng Pantaran.”
Mireng ature Citrasoma kados menika, Ki Ageng Pantaran dados trenyuh, wonten putranipun raja tur sekti kok nggih andhap asor sanget. Wusananipun Ki Ageng Pantaran paring idin menawi Endang Nawangsih saged dipunpundhut kaliyan Citrasoma. Kanthi wiwit manika Dhusun Canditoro dipungantos dados Dhusun Pantaran.

-CUTHEL-
“Kapethik saka kumpulan crita rakyat Jawa Tengah, kaca 30-34”

I.         Apa tegese tembung-tembung kang magepokan karo wacan ing nduwur!
1.        Sulistya                       :
2.        Sumedya                     :
3.        Pawadanipun              :
4.        Wewengkon                :
5.        Misuwur                      :
6.        Muspra                        :
7.        Kumalungkung           :


II.      Wangsulana pitakonan ing ngisor kanthi trep lan bener!
1.        Ana dhukuh ngendi omahe Endang Nawangsih?
2.        Ketemu sapa Endang Nawangsih nalika nanem sawi?
3.        Apa wae tanduran sing biasane ditandur dening Endang Nawangsih?
4.        Sapa sejatine Citrasoma iku?
5.        Kepriye sejatine ajian Angin selaksa iku?
6.        Ana pira cacahe jin lan lelembut kang ditemoni dening Citrasoma?
7.        Apa syarat kang kudu dilaksanakake Citrasoma supaya ditampa lamarane?
8.        Apa sing nyebabake Ki Ageng Pantaran dadi trenyuh?

Kunci Jawaban:
I
1)      ayu, 2) sedya, 3) jarene, 4) dhaerah kekuasaan, 5) terkenal, 6) ilang, 7) sombong.
II
1.      Dhusun Canditoro
2.      Citrasoma
3.      Taneman janganan, teh, lan  kopi.
4.      Putranipun Raja Hajipamoso panguwaos Pengging
5.      Ajian ingkang saged kangge ngrampungaken ayahan ugi mlayu kang rikat
6.      457 jin kaliyan 678 lelembut
7.      Syarate menawi Citrasoma saged damel tuk ing Dhusun Canditoro
8.      Mireng Citrasoma ngomong “Kula boten nyipta tuk menika,”. “Nanging menika sedaya peparingan saking Gusti kang Maha Asih, sanesipun ugi saking donga pangestunipun Ki Ageng Pantaran.”

Pedoman Penskoran:
Setiap jawaban benar diberi skor 2, jawaban salah diberi skor 0. Skor maksimal adalah 30.
Pengolahan nilai:
Nilai =  x 10
Keterangan:
Sangat baik           : ≥90                Cukup             : 75
Kurang                  : ≤ 70               Baik                 : 76 - 89

3.    Penilaian Keterampilan
a.    Teknik Penilaian           : Tes praktik
b.    Bentuk Instrumen         : Unjuk kerja dan produk
c.    Kisi-kisi            :
No.
Indikator
No. Butir
1.



2.       
Menentukan pokok-pokok pikiran alenia dan menceritakan kembali (meringkas) cerita rakyat “Endang Nawangsih” dengan bahasa Jawa yang baik dan benar.
Menganalisis unsur pembangun teks cerita rakyat  daerah setempat dalam bentuk kliping.
2


2

      Instrumen Penilaian Keterampilan (K4)
      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________


Soal:
1.      Tulisen pokok-pokok alenia crita rakyat “Endang Nawangsih” banjur ringkesen crita kuwi mau ana ing buku tugasmu!
2.      Goleka crita rakyat kang ana ing dhaerahmu banjur analisisen miturut unsur pambangun crita rakyat!

Rubrik Penilaian
1.      Ringkasan cerita
                        No.
Aspek yang dinilai

Kriteria

1

2

3

4

1
Ketepatan isi pokok alinea

 

 

 

 

2
Ketepatan isi cerita.

 

 

 

 

3
Ketepatan bahasa ngoko yang dipakai

 

 

 

 




2.      Kliping
No.
Aspek yang dinilai

Kriteria

1

2

3

4

1
Tampilan isi kliping

 

 

 

 

2
Kelengkapan unsur pembangun

 

 

 

 

3
Penyajian presentasi

 

 

 

 


      Keterangan:
4 = Sangat Baik                                        2  = Cukup
3 = Baik                                                    1  = Kurang

Penghitungan nilai akhir :          Nilai akhir :    skor yang diperoleh
                                                                    ----------------------------  X 100
                                                                    Skor maksimal

J.      Pembelajaran Remidial
Dengan pemanfaatan tutor sebaya melalui belajar dan diskusi kelompok, siswa diminta untuk menuliskan ringkasan serta menjelaskan unsur-unsur pembangun yang terdapat dalam cerita rakyat “Asal-usul Kutha Semarang lan Salatiga”.

Soal:
1.      Golekana unsur intrinsik ing sajroning crita rakyat Asal-usul Kutha Semarang lan Salatiga”.banjur ringkesen crita kuwi mau ana ing kertas ulangan!

Rubrik Penilaian
                        No.
Aspek yang dinilai

Kriteria

1

2

3

4

1
Ketepatan isi pokok alinea

 

 

 

 

2
Ketepatan isi cerita.

 

 

 

 

3
Ketepatan bahasa Jawa yang dipakai

 

 

 

 




Instrumen Penilaian Remidial
      Nama         : ______________________________
      Kelas         : ______________________________

Penghitungan nilai akhir :          Nilai akhir :    skor yang diperoleh
                                                                    ----------------------------  X 100
                                                                    Skor maksimal

K.    Pembelajaran Pengayaan
Siswa secara mandiri belajar mengenai tembung saroja dan tembung kriya.



Sukoharjo,  7 Oktober 2017
      Mengetahui,
     Guru Pamong                                                              Mahasiswa Magang
                                                                
                       
                       

      Sri Sumarni, S. Pd.
NIP 197112101997022003


Sri Nur Rahayu
NIM K4214048



LAMPIRAN MATERI
A.    Pangertene crita rakyat
Crita rakyat yaiku crita kang ngrembaka ing sawijining dhaerah lan dianggep minangka asil karya kolektif (bebarengan) karo masyarakat ing papan iku amarga ora dimangerteni sapa sing nganggit. Cerita rakyat (folklore) iku crita saka jaman kuna kang isih urip ing madyaning bebrayan agung lan diwarisake kanthi lesan. Ing jaman biyen biyasane crita rakyat dicritakake ana ing kalodhangan tinamtu dening wong kang nduweni kabisan tinamtu/khusus, kayata dhalang jemblung lan tukang kentrung.  Crita rakyat iki ngemot piwulang moral lan dianggep minangka pelipur lara, yaiku nglipur kawula cilik kang durung kenal karo lelipur liyane kang luwih modern.
B.     Unsur crita rakyat
Padha karo karya sastra crita liyane, unsur-unsur kang ambangun crita rakyat, yaiku tema, latar/setting, penokohan, alur, amanat, punjering crita/sudut pandang, lan konflik.
1.      Tema
Tema yaiku minangka ide pokok atau masalah utama kang ndhasari lakuning crita. Tema crita rakyat biasane kaku, istana sentris, adat istiadat, lan mistis. Surasane crita khayal lan fantastis.
2.      Latar
Latar iku mujudake papan utawa wektu dumadine kadadeyan ing sajroning crita. Latar ana 3, yaiku latar wektu, latar panggonan, lan latar swasana.
3.      Alur/Plot
Alur/plot yaiku urut-urutaning prastawa/kedadeyan ing crita. Alur diperang dadi 3, yaiku alur maju, alur mundur, lan alur campuran. Alur maju yaiku yen prastawa iku lumaku kanthi trap-trapan adhedhasar kronologi tumuju ing alur crita. Alur mundur yaiku alur yang nyritakne prastawa saka saiki banjur mundur ing wektu dhisik/sadurunge. Alur campuran yaiku alur campuran saka alur maju lan alur mundur.
4.      Penokohan/Paraga
Penokohan iku nggambarake watake paraga/pelaku ing sajroning crita. Paraga bisa dingerteni karaktere saka tumindake, ciri fisike, lingkungane, lan sapiturute. Paraga diperang dadi telu yaiku protagonis (sing dadi lakon), antagonis (sing dadi musuhe), lan tritagonis (sing dadi panengah antara tokoh protagonis lan antagonis)



5.      Amanat
Ajaran moral utawa pesen kang bakal dikandhakake dening pengarang marang sing maca/sing ngrungokake.
C.    Titikane crita rakyat 
Crita rakyat duweni titikan kan beda saka cerita liyane, yaiku ing ngisor iki:
1.      Anonim, tegese crita mau ora kaweruhan sapa sing nganggit.
2.      Kolektif, amarga ora dimangerteni sapa sing nganggit crita mau dadi duweke masyarakat bebarengan.
3.      Nyritakke bab ala lan becik.
4.      Nggambarake kadadean-kadadean kang mokal (imajinatif).
5.      Dicritakake kanthi lesan.
6.      Sing nyritakake saka generasi ke generasi (turun tumurun). Awit saka kuwi, crita rakyat gampang owah, sok sapa bisa nambahi mula akeh versi miturut papan utawa panggonan sing nyritakake.
D.    Wujud crita rakyat
Wujud cerita rakyat ana papat, yaiku mitos, legendha, sage, lan fabel.
1.      Mitos
Crita ngenani makhluk-makhluk gaib/lelembut. Paragane manungsa sekti, dewa, kewan kang nduweni kasekten ora masuk akal kayata bisa mabur, bisa urip ing segara lsp. Tuladha crita mitos kayata Crita Kangjeng Ratu Kidul ing pesisir kidul, Crita Nyai Lanjar ing pesisir lor, Crita Sunan Lawu ing Karanganyar, lsp.
2.      Legendha
Crita legenda kadadeyan ing bumi lan crita mau kaanggep bener-bener kadadeyan. Biasane crita mau ana petilasane arupa watu, wit, gunung, kali, lsp. Tuladha crita legend kayata: Crita Baru Klinting, Crita Endang Nawangsih, Crita Asal-usule Grojogan Sewu ing Tawangmangu, lsp.
3.      Sage
Crita ngenani kepahlawanan lan kegagahan utawa ketangkasan putra raja. Tuladhane Lutung Kasarung, Cindelaras, Sawunggaling, lsp.
4.      Fabel
Crita ngenani kewan kang tumindake kaya manungsa. Tuladhane Kancil lan Baya, Walang lan Semut, lsp.



E.     Ngringkes Crita Rakyat
Ringkesan yaiku salah sawijining wujud nyekakake crita kanthi tetep gatekake unsur-unsur pambangun ing sajroning crita iku mau. Lumrahe ringkesan iku kurang saka 300 tembung.
Nalika ngringkes crita aja nganti ngilangake alur utawa lakune crita. Alur crita kudu tetep ganep, nanging basane sing cekak, aos, lan prasaja. Kedadean sing dicritakake ing ringkesan dijupuk sing pokok-pokok utawa sing penting-penting wae, ora kabeh kadadean dicritakake.
Trap-trap ngringkes crita rakyat yaiku:
1.      Maca teks crita nganti cuthel.
Crita rakyat sing arep diringkes diwaca nganti cuthel kaping pindho utawa telu supaya luwih paham.
2.      Nulis pokok-pokok pikiran saben paragrap.
Pokok pikiran paragrap kaperang dadi loro, yaiku paragrap deduksi lan paragrap induksi. Paragrap deduksi iku ukara bakune ana ing ngarep utawa awal paragrap, ukara panerange ana ing mburine. Paragrap induksi iku ukara bakune ana ing mburi dhewe, ukara-ukara panerange ana ng wiwitan paragrap.
3.      Nulis ringkesan adhedhasar pokok pikiran sing wis kok tulis.
Roncenen pokok-pokok pikiran sing wis kok tulis mau dadi ringkesan nganggo basamu dhewe.
4.      Tlitinen maneh apa sing wis kok tulis.

F.     Teks Cerita Rakyat
Dumadine Kutha Pacitan
       Pangeran Mangkubumi sapendherek saya mangetan lakune sangsaya adoh ninggalake kraton Mataram. Nalika tekan gumuk Puger kabeh padha ngaso. Wektu semana pendhereke Pangeran Mangkubumi mung kari rolas. Salah sijine ana kanga ran Setraketipa, kang padatan ngrumat jaran titihane Pangeran Mangkubumi.
       Setraketipa nyawang Pangeran Mangkubumi lan para pandherek katon sayah lan keluwen. Dheweke mikir kepriye carane bisa golek pangan lan ngombe kanggo Pangeran lan para pandherek, banjur matur “Nyuwun pangapunten Pangeran, kepareng kula pados menapa ingkang saged Pangeran dhahar saha unjuk sokur saged kangge kanca-kanca”. Wangsulane Pangeran Mangkubumi, “Apa kowe ora kesel Setra? Yen pancen kuwi karepmu daklilani muga-muga enggal oleh gawe”.
       Nganti sore Setraketipa ora nemokake apa-apa. Kang ana mung wit pace, wohe rupane ala tur yen wis tuwa nyebar ganda ora enak. Mesthi wae Setraketipa ora mentala nyaosake marang Pangeran. Dilalah meh angslupe srengenge Setraketipa nemokake tela lan banyu. Barang mau diaturake marang Pangeran. Dene setraketipa saben dina mangan wohe pace, kanca-kanca diwenehi padha ora gelem.
       Pangeran Mangkubumi lan para pendherek saya suwe saya suda kekuwatane, amarga mangane mung saanane. Dene Setraketipa kaya ora duwe kesel katon sehat wal’afiat lan panggah gagah prakosa mangka dheweke saben dina golek pangan.
       “He… Setra… apa sebabe kowe kok ora tau ngraosake sayah mangka gaweanmu abot?” Jebul kekuwatane Setra iku amarga saben dina mangan wohe pace. Wusanane Pangeran nyoba dhahar woh pace, para pendherek uga padha melu-melu.
       Pangeran yakin menawa who pace kuwi pancen gedhe khasiyate. Bareng wis padha pulih kekuwatane, Pangeran Mangkubumi ngajak nerusake laku, terus nuju mangetan. Mula saka kuwi papan kono banjur katelah Pacewetan saka tembung pace lan wetan. Kerep padha dicekak dadi Pacetan lan wusanane nganti saiki katelah Pacitan.


(Sumber: Buku Suplemen Bahasa Jawa kelas VII Semester 1)

If you wanna copy my stories, you must include the source. Be a good people, arigatou~


Komentar

Postingan Populer